Petrus Marulak Sitohang, Marga Sitohang, Tokoh Marga Sitohang
Oleh: Petrus M. Sitohang*)
Sejak awal tahun ini, setelah Presiden Prabowo mulai "menggoyang APBN 2025" dengan gerakan penghematan besar-besaran yang antara lain pemotongan dana Transfer ke Daerah saya sudah membayangkan SMI tidak akan bertahan lama di Kabinet Indonesia Maju, kenapa? Karena latar belakang SMI yang adalah akademisi dan teknokrat dibentuk oleh disiplin penganggaran.
Petrus Marulak Sitohang adalah Mantan Anggota DPRD Tanjung Pinang Fraksi PDIP Periode 2015-2019, dan Juga Seorang Profesionalisme perpajakan , consulting & assesment.
Biasanya orang-orang dengan latar belakang seperti SMI, tahapan diskusi bahkan sampai debat panas itu adalah saat pembahasan rancangan APBN di DPR. Tetapi begitu APBN disahkan menjadi undang-undang APBN semua orang harus taat termasuk Presiden sekalipun. Selama 10 tahun menjadi Menteri Keuangan Presiden Jokowi saya mendengar kalau ada Menteri atau pejabat tinggi yang mendekati Jokowi untuk mengusulkan proyek baru, seberapapun pentingnya usulan itu, Jokowi akan mengarahkan pejabat itu menjumpai SMI. Artinya Jokowi benar-benar memberikan wewenang penuh kepada SMI sebagai Bendahara Negara yang menjadi kepala pengelola keuangan negara.
Sebab begitu APBN disahkan menjadi Undang-Undang, maka tahapan akan ditindakanjuti dengan berbagai langkah-langkah administratif termasuk persiapan pelaksanaan kegiatan yang didanai APBN. Bahkan mungkin sebagian pejabat pengguna anggaran sudah langsung memulai tahapan dengan proses pelelangan atau membuat komitmen/ MOU dengan calon pelaksana/ penyedia jasa atau barang.
Sehingga satu "goyangan” kecil saja pada anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBN itu akan berakibat luas terutama. Apalagi kalau perubahannya itu sampai memotong anggaran dana Transfer ke Daerah (TKD) yang secara umum merupakan 80% dari keseluruhan sumber pendapatan daerah dalam APBD dapat dipastikan itu akan membawa dampak yang luar biasa pada kegiatan merintahan di daerah-daerah (pervasive). Maka unjuk rasa yang terjadi kemarin sebenarnya tidak terlepas (kalau bukan akibat ikutan) dari goyangan pada APBN tahun 2025 yang dilakukan Presiden Prabowo di awal tahun 2025.
Jadi dengan kondisi seperti itu relasi kerja SMI dengan Presiden Prabowo dapat dipahami memang tidak akan bisa dipertahankan. Salah satu harus mundur dan itu pasti bukan Presiden. SMI tau itu. Meskipun begitu, saya rasa dapat dipahami betapa kecewanya SMI harus mengalamai peristiwa penjarahan di rumahnya di ujung pengabdiannya yang sangat luar biasa bagi negeri ini.
Sejak Purbaya Yudhi Sadewa diumumkan dan dilantik oleh Presiden Prabowo sebagai menteri Ekonomi menggantikan SMI dia langsung menjadapi banyak kritikan antara lain soal gaya bicaranya yang blak-blakan dan terkesan ceplas ceplos. Soal gaya bicara Purbaya yang sangat berbeda dengan SMI menurut saya tidak relevan untuk dibahas di sini. Karena bukan gaya bicara di depan media yang menjadi penentu keberhasilan seorang Menteri Keuangan tetapi caranya memandang masalah, mengidentifikasi permasalahan (dalam bahasa kedukteran: diagnosa penyakit) dan resep yang tepat dan baik untuk mengatasi persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pilihan Presiden Prabowo menempatkan Purbaya sebagai Menteri Keuangan akan membantu Indonesia dalam mengatasi masalah pereknomian kita saat ini yakni pertumbuhan yang melambat, peningkatan kemiskinan dan lapangan kerja yang menyusut?
Satu syarat yang diperlukan (prerequisite) untuk pemerintahan Prabowo Gibran mampu mengatasi persoalan ekonomi negara ini adalah adanya "chemistry" yang kuat antara Presiden dan Menteri Keuangannya. Artinya ada rasa saling percaya dan dukungan dari Presiden ke Purbaya dan sebaliknya. Dan di negara manapun di dunia ini menterilah yang harus menyesuaikaan diri dengan gaya kerja dan komunikasi Presidennya, bukan sebaliknya. Dari perspektif itu, menurut saya gaya komunikasi Purbaya yang ceplas- ceplos dan bahasa yang lugas dan optimistis ini nampaknya lebih cocok dengan gaya Presiden Prabowo.
Kita semua tau potensi ekonomi kita sebenarnya sangat besar, yaitu sumberdaya alam yang kaya dan penduduknya yang besar. Sistim pemerintahan kita, minus di sebagian wilayah Papua juga sudah tertata baik dan berjalan. Ini jelas modal yang sangat bagus.
Kalau SMI sepanjang karirnya dijalani di ruang kuliah dan di balik meja sebagai regulator perekonomian, Purbaya ini cukup lama sebagai pelaku pasar. Jadi bagi saya ini sebenarnya modal yang bagus juga untuk menjadi Menteri Keuangan yang akan berhasil; seorang dengan latar belakang akademis yang kuat ditambah dengan pengalaman sebagai pelaku di pasar
Sekarang kita hanya perlu move on dari SMI dan memberi Purbaya waktu untuk bekerja. Toh dia cuma minta diberi waktu 2-3 bulan untuk membuat Indonesia cerah lagi. Kenapa kita tidak sabar menunggu sebentar saja?
*) Managing Partner pada KJA SITOHANG DAN BASUTON dan Partner pada Kantor Akuntan Publik ALEX BELVIN DAN REKAN
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak ada kaitan dengan tempatnya bekerja


COMMENTS