Richar d Marsahala Sitohang,SH
Richard Marsahala Sitohang,SH
Harimau merupakan jenis hewan karnifora dan digolongkan sebagai predator yang berada di puncak rantai makanan, sehingga sering disebut sebahai “Raja Hutan”. Seiring masa Harimau telah melewati evolusi kehidupan yang panjang dan bisa menjadi penyintas hebat di alam liar sampai saat ini. Keberadaan mereka juga memberikan banyak pelajaran bagi keidupan manusia.
Baca Juga "KERJA TIM ATAU KERJA TOM PUNGUAN"
Karena sifat dah kharismanya Harimau dalam kehidupan masyarakat dunia dan masyarakat adat Indonesia banyak dipakai sebagai symbol, harimau adalah pusat dari semua sistem kepercayaan Asia, dengan pertimbangan bahwa Harimau Bengal adalah hewan nasional India, Harimau Bengal Royal adalah hewan nasional Bangladesh, Harimau Malaya adalah hewan nasional Malaysia, dan Harimau siberia adalah hewan nasional Korea Selatan. Di Cina, harimau adalah salah satu dari empat makhluk 'super-cerdas' bersama dengan naga, phoenix, dan kura-kura, dan masing-masing hewan yang sangat dihargai ini adalah motif desain populer dalam seni dan kerajinan Tiongkok
Dalam pandangan budaya dan histori Indonesia, harimau adalah hewan yang sakral. Pada masyarakat Jawa Barat paling terkenal dalam cerita Prabu Siliwangi dan harimau putih, dalam kebudayaan dan eksistensi masyarakat Sunda dikorelasikan dengan simbol maung,
Begitu juga tradisi yang hidup selama ratusan tahun yang lalu, menjelaskan hubungan harmonis dan berdampingan antara manusia dengan harimau pada sebuah komunitas masyarakat di Sumatra, Masyarakat Aceh biasa menyebutnya dengan rimueng yang dikenal memiliki nilai-nilai mistis, di Jambi dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra Barat masyarakat diketahui sangat menghormati harimau, masyarakat sekitar menyebutnya dengan rimau, masyarakat Minangkabau juga memperlakukan harimau dan dipanggil dengan sebutan datuak atau inyiak yang artinya kakek atau nenek.
Di Sumatera Utara atau tepatnya didalam kehidupan masyarakat batak dan untuk keturunan marga tertentu Harimau sangatlah dihormati. Marga “SITOHANG”, merupakan marga yang erat hubungannya dengan Harimau atau dalam Bahasa bataknya “Raja Babiat”.
Marga Sitohang lahir dari Bapak Op. Raja Babiat dan leluhurnya Raja Lontung, karena sejarah kelahiran Marga Siitohang tidak terlepas dari kharisma Harimau seperti lambang Punguan SItohang, maka sudah seharusnya keturunan marga Sitohang harus mengikuti karakter positif “Harimau”
Pada masa kini, masa millennial, masa dimana generasi muda berkarya dengan menggunakan technology yang maju pada masa revolusi industry 4.0, harus tetap mempelajari adat dan sejarah marganya yang merupakan identitas dirinya. Dalam mempelajari identitas dirinya tersebut (Marga Sitohang), generasi muda Sitohang bisa membaca dari literature yang dipercaya, aktif dalam kegiatan punguan Naposo, menanyakan atau berdiskusi dengan orang tua yang mengetahui sejarah.
Generasi Millennial atau sering disebut generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah generasi X. Mereka lahir pada kisaran 1980 hingga 2000-an.
Generasi milenial dididik oleh orang tuanya untuk menjadi lebih baik dari mereka dan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, generasi milenial tumbuh dengan karakteristik percaya diri, ambisius, dan ingin lebih daripada orang lain. Generasi millennial ingin segala usahanya membuahkan hasil yang maksimal. Generasi ini adalah generasi yang sangat baik dalam penggunaan dan pemanfaatan technology, sehingga kurang dalam hal menganalisa sesuatu karena segalanya telah tersedia, untuk makanan sudah banyak gerai cepat saji, untuk belanja atau memenuhi kebutuhannya sudah ada courier/agen pengiriman dan market place, untuk segala informasi bisa dengan cepat didapat melalui google.
Sehingga pengajaran serta perbuatan dari Orang Tua lah yang dilihat dan didengar sehari-hari, menjadi panduan dalam kehidupannya.
Kembali kepada Kharisma Harimau / Raja Babiat yang melekat pada Marga Sitohang, didalam bentuk rohnya, harimau mewakili antara lain: kemauan keras, keberanian, mempunysi integritas, saling menghargai dan kekuatan fisik dan batin pribadi. Dan keindahan Harimau itu, menutupi kehebatan dan keganasannya yang tersembunyi, dianggap sebagai harmoni visual dari kebalikannya. Karena alasan ini dan banyak lainnya, harimau mewujudkan semangat dan dorongan yang dibutuhkan Punguan Sitohang untuk mewujutkan kebersamaan kearah yang lebih maju lagi.
Harimau akan menghargai kawanannya serta memperjuangkan dan membela kawanannya, tidak mencelakai kawanannya atau bahkan anaknya untuk bergabung dengan kelompok lain “Domba” contohnya. Sekelompok harimau akan dipimpin oleh seekor harimau, sekelompok domba akan dipimpin oleh seekor domba.
Seperti pepatah bijak "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" secara sederhana pepatah tersebut mengandung makna bahwa murid akan mencontoh perilaku gurunya bahkan dengan kreatifitasnya dia bisa mengembangkan lagi. Jika contohnya baik maka itu akan bernilai positif bagi anak, celakanya kalau contoh yang diberikan itu buruk, tentu efeknya bisa buruk pula.
Disini Peran Orang tua, peran Pengurus Punguan dan peran seluruh tokoh yang dituakan, agar memberi contoh, menjadi guru yang baik. Fungsi dan tujuan Punguan adalah baik adanya yang berguna untuk kemaslahatan seluruh anggotanya.
Perbedaan pendapat pasti akan terus terjadi selama masih ada kehidupan ini, tinggal bagaimana para pihak menangapi perbedaan tersebut dan selalu mengedepankan persatuan, saling mengargai dan saling mengalah. Tetapi bukan malah mengambil tindakan dan sikap yang malah berseberangan membuat kelompok baru dengn mempengaruhi dan membuat kebingungan orang lain untuk mau bergabung dikelompoknya, dan jeleknya lagi tidak bangga atas “Identitasnya”. Hal ini tidak mencerminkan seorang keturunan Op. Raja Babiat seperti dijelaskan diatas dan menjadi contoh dan preseden buruk bagi generasi Millennial ini. Horas..
Richard Marsahala Sitohang,SH --Ketua Bidang Dana dan Usaha DPP PSB-INDONESIA
COMMENTS